Rudal MANPADS (Man Portable Air Defense System) Saab RBS-70 NG memang
tak masuk dalam arsenal Arhanud TNI AD. Namun harus diakui, turunan
versi lama RBS-70 hingga kini masih jadi poros kekuatan hanud di Tanah
Air, bahkan TNI AD pun telah melakukan upaya upgrade pada stok rudal
RBS-70 MK2. Dan dalam kesempatan istimewa, fleksibilitas dan kecepatan deployment menjadi ciri khas
rudal buatan Saab Bofors Dynamics, Swedia ini.
Dalam demonstrasi, instruktur dari Saab menjelaskan hanya dibutuhkan
waktu 3 – 5 detik untuk reload amunisi (penggantian tabung peluncur
rudal). Setelah terpasang, rudal siap dibidik ke sasaran lewat perangkat
pembidik di ECU (electronic control unit). Sistem pemandu RBS-70 adalah
pemandu laser (laser guided) atau laser beam riding guidance.
Sistem pemanduan ini berbeda dengan penuntunan bom berpemandu laser
seperti Paveway, dimana bom dipandu menuju targetnya berdasarkan
pantulan sinar laser dari permukaan target, yang dipancarkan oleh laser
designator.
Di RBS-70, rudal melesat mengikuti pancaran laser yang dipancarkan dari
peluncurnya. Targetnya sendiri dapat dijejak oleh radar Giraffe yang
juga buatan Saab. Radar Giraffe ini memberi input data dan parameter
terkait sasaran ke visual dashboard operator. Saluran komunikasi dari
radar Giraffe ke unit peluncur rudal dapat lewat kabel atau radio. Nah,
selanjutnya urusan penjejekan akhir (final) harus dilakukan sendiri
secara manual oleh operator RBS-70. Jadi perlu dicatat, RBS-70 tidak
menganut mahzab fire and forget. Pasca rudal melesat, operator memang harus terus melakukan pembidikan arah launch station ke sasaran.
Yang unik, detektor pancaran laser diletakkan di bagian belakang
rudal. Outputnya berupa perintah kendali, termasuk koreksi arah yang
terintegrasi dengan giroskop penstabil. Canggihnya lagi, pancaran laser
tak wajib telak mengenai sasaran secara langsung. Melenceng sedikit,
asalkan tak lebih dari 30 meter dari posisi sasaran, maka tingkat
perkenaan sudah mencapai lebih dari 80%.
0 komentar:
Post a Comment