China mengirimkan sistem rudal pertahanan udara HQ-9 ke pulau yang diklaim di Laut China Selatan. Tindakan yang dipastikan akan menambah situasi di wilayah konflik itu semakin panas. Bagaimana sebenarnya kehebatan HQ-9 ini?
Sistem pertahanan udara ini menjadi salah satu senjata paling canggih di arsenal atau gudng senjata China. Dan seperti khas pembangunan China, senjata sebagian besar merupakan tiruan dari sistem lain dengan modifikasi sistem yang dibangun sendiri.
Tidak main-main HQ-9 mengawinkan dua sistem rudal paling mematikan di dunia, yakni S-300 Rusia dan Rudal Patriot milik Amerika. Missile Threat, sebuah proyek George C. Marshall dan Claremont Institutes mencatat. Hal ini memungkinkan HQ-9 untuk mampu melacak, sasaran, dan mencegat kedua pesawat dan rudal.
Missile Ancaman, sebuah proyek dari George C. Marshall dan Institutes Claremont mencatat versi modifikasi dari penggerak dan bimbingan sistem menggunakan Patriot Rudal.
Sementara Peter Goon, dari think tank Air Power Australia menilai HQ-9 sebagai sistem yang sangat berbahaya. “Mereka terutama untuk membunuh pesawat,” katanya kepada GlobalPost.
Rudal memiliki jangkauan ke atas dari 125 mil laut, yang akan memberikan radius defensif besar untuk kegiatan China di Kepulauan Paracel serta pulau Hainan di China. Hainan, yang hanya lebih dari 200 mil jauhnya dari Woody Island menjadi wilayah penting baru untuk militer China.
Beijing telah memperluas kehadiran angkatan lautnya di kota Sanya di Hainan, dan HQ-9 membantu guna melindungi sisi pulau itu. Keputusan untuk menempatkan rudal di pulau konflik dilakukan China setelah China mengatakan untuk tidak melakukan militerisasi di Laut Cina Selatan.
Namun, Beijing melihat Paracel sebagai wilayah mereka sendiri dan menyebut penempatan senjata itu telah sesuai dengan hukum internasional.
“Kami mulai melihat perubahan cepat dalam keseimbangan kekuasaan antara China dan Barat sehingga, benar-benar, itu tidak terduga jika China menggerakkan kemampuan [rudal] di sana,” kata Goon kepada GlobalPost. “Secara historis, mereka selalu melihat Laut China Selatan sebagai halaman depan mereka.”
Penilaian Goon seperti menggemakan laporan terbaru dari Center for Strategic and International Studies yang mencatat bahwa pada tahun 2030 Laut Cina Selatan pada dasarnya akan eksis sebagai “Danau China” karena fokus Beijing untuk mendapatkan kapal selam dan kapal induk, bersama perkembangan lebih lanjut dan militerisasi pulau di wilayah tersebut.
0 komentar:
Post a Comment